Dan Kematian berbicara kepada mereka. Dia marah karena telah kehilangan tiga orang korban baru, karena para pengelana biasanya tenggelam di sungai. Tetapi Kematian licik. Ia berpura-pura memberi selamat kepada ketiga saudara ini atas sihir mereka, dan berkata masing-masing berhak mendapatkan hadiah karena cukup pintar untuk menghindarinya.
Maka, si sulung (Antioch) yang suka bertempur, meminta tongkat sihir yang lebih hebat daripada semua tongkat sihir yang pernah ada: tongkat sihir yang harus selalu memenangkan duel bagi pemiliknya, tongkat sihir yang layak diterima penyihir yang telah mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang ke sebatang pohon elder di tepi sungai, membuat tongkat sihir dari dahan yang menggantung di sana, dan memberikannya kepada Antioch.
Kemudian si tengah (Cadmus), orang yang sombong, memutuskan dia ingin mempermalukan Kematian lebih jauh lagi, dan meminta kekuatan untuk memanggil yang lain dari Kematian. Maka Kematian memungut sebutir batu dari tepi sungai dan memberikannya kepada Cadmus, dan memberitahunya bahwa batu itu akan memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang yang sudah mati.
Kemudian Kematian menanyai si bungsu (Ignotus), apa yang diinginkannya. Ignotus adalah yang paling rendah hati dan juga yang paling bijaksana di antara ketiga Peverell ini, dan dia tidak memercayai Kematian. Maka dia meminta seuatu yang bisa membuatnya melanjutkan perjalanan tanpa diikuti oleh Kematian. Dan Kematian, dengan amat sangat enggan, menyerahkan Jubah Gaib-nya sendiri kepadanya.
Kemudian Kematian menyisih dan mengizinkan ketiga Peverell ini melanjutkan perjalanan mereka, dan mereka pun melanjutkan perjalanan sambil membicarakan dengan takjub petualangan yang telah mereka alami, dan mengagumi hadiah dari Kematian.
Pada saatnya ketiga Peverell ini berpisah, masing-masing menuju tujuan mereka sendiri-sendiri.
Antioch berjalan kira-kira seminggu lagi, dan tiba di suatu desa yang jauh, mencari penyihir kenalannya, dengan siapa dia pernah bertengkar. Tentu saja, dengan Tongkat Sihir Elder sebagai senjatanya, dia tak mungkin kalah dalam duel yang terjadi. Meninggalkan musuhnya mati di lantai, Antioch menuju tempat penginapan. Di sana, dia membanggakan keras-keras kehebatan tongkat sihir yang telah diperolehnya dari Kematian sendiri, dan tentang bagaimana tongkat sihir itu membuatnya tidak terkalahkan.
Malam itu juga, seorang penyihir lain mengendap-endap mendatangi Antioch yang sedang terlelap, bersimbah anggur, di tempat tidurnya. Pencuri ini mengambil tongkat sihirnya dan sebagai tambahan, menggorok leher Antioch. Maka Kematian mengambil Antioch sebagai miliknya.
Sementara itu, Cadmus pulang ke rumahnya tempat dia hidup sendiri. Dia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk memanggil orang mati, memutarnya 3 kali dalam tangannya. Betapa heran dan gembiranya dia, sosok gadis yang dulu pernah diharapkannya untuk dinikahinya, sebelum gadis itu meninggal dalam usia muda, muncul seketika itu juga di hadapannya.
Meskipun demikian, gadis itu sedih dan dingin, terpisah darinya seolah oleh sehelai selubung. Walaupun telah kembali ke dunia orang hidup, dia sesungguhnya bukanlah bagian dari dunia itu dan menderita. Akhirnya, Cadmus menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia, membunuh diri agar bisa benar-benar bergabung dengan gadis itu. Maka kematian mengambil Cadmus sebagai miliknya.
Namun, meski Kematian mencari Ignotus selama bertahun-tahun, dia tidak pernah berhasil menemukannya. Barulah ketika telah mencapai usia sangat lanjut, Ignotus membuka Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki-lakinya. Dan kemudian dia menyalami Kematian sebagai teman lama, dan pergi bersamanya dengan senang, dan sebagai teman sederajat, mereka meninggalkan kehidupan ini.
The Tales of Beedle The Bard, The Tale of The Three Brothers, J.K. Rowling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar