Senin, 07 Maret 2011

Just Find Your Way Back Home pt2.

Laptopku masih belum selesai. Tentu butuh waktu yang lama laptopku itu. Aku makin hari memperhatikan Adit. Setampan itukah dia. Tidak tahu apa kata orang lain. Makin hari aku makin jatuh cinta. Dia senang sekali membuatku meleleh. Masalahnya aku sendiri bingung. Bagaimana caranya untuk membuktikan bahwa aku suka kepadanya. Temanku Alika, mengatakan, "Deketin ajalah shaaa beraniin dikit aja. Ajak ngobrol gitu-gitu deh." Ya. Aku tetap takut. Bagaimana caranya itu.

Pertandingan basket di sekolahku tiba, dan Adit akan bertanding hari ini. Aku berdoa agar dia menang. Tentu aku akan selalu mensupportnya. Dan hari itu juga, angkatanku akan melaksanakan briefing untuk acara sekolah. Aku stress. Alika tetap mengatakan aku harus mendekatinya. Tapi bagaimana. Aku takut. Akhirnya aku memfokuskan diri kepada acara itu. Aku sedikit kecewa ketika mengetahui aku tidak sekelompok dengan Adit. Tapi memang itu bukan keputusanku untuk menentukan teman kelompok. Aku mengikuti mentoring, tapi pikiranku tertuju kepada Adit. Aku takut dia tidak menang.

Pulang sekolah aku masih belom bertemu dengannya. Menang atau tidak? Aku belum tau jawabannya sebelum Alika berkata, “Dishaaaa, Flambora A menanggg!!”
“Demi apa? AAAA brarti Adit menang dong?”
“Gatauu gue sih cuma kata orang-orang doang.”
“Ahhh lo gimana sih??”
“Eh beneran menang deh hohohoho”
“Waaawww asiikk Adit menang~”
“Ecieeeeee”
Bahagia. Bangga. Tapi aku masih belum yakin sedikit. Aku meng-sms Adit, “Adiiitt lo tadi menang gak basketnya?”
Sayangnya kata-kata itu tidak dibalas olehnya.

Esok harinya, aku melakukan rutinitas sekolah seperti biasa. Tapi ketika keputrian, ada sesuatu yang berbeda. Film yang diputarkan itu menginspirasiku. Aku ingin mencoba mendekati Adit. Tapi aku tetap takut. Selesai film itu diputar, aku turun dan siap untuk pulang, sebelum aku ingat bahwa ada barang yang tertinggal di lokerku. Aku mengajak Silfi untuk menemaniku ke loker. Tapi ada sesuatu yang janggal. Adit berdiri di depan tangga. Seperti menunggu seseorang. Aku senyum kepadanya, dan dia pun senyum kembali. Aku naik ke atas, dan dia mengikuti aku dan Silfi. Tidak tahu untuk apa, tapi itu janggal. Sangat janggal.

Tiba saatnya hari pertama acara itu. Aku sudah stress sendiri pada pagi hari. Barang-barang terus dicek olehku. Akhirnya aku pun berangkat ke sekolah. Ramai oleh anak-anak kelas 7 yang sudah sangat rapih. Aku dan lebih dari 200 orang, termasuk Adit, beranjak ke tempat materi. Aku duduk bersama kelompokku, kelompok 10. Adit bersama kelompoknya, kelompok 3. Aku mendengarkan materi, mendengarkan semua apa yang dikatakan kakak OSIS yang menjabat. Detik-detik pulang, tim basket A dipanggil. Adit beranjak dari tempat duduknya dan terjatuh kembali. Dia sakit. Dan sepertinya dia tidak jadi main. Aku melihatnya. Sedih. Aku ingin menghiburnya, tapi tidak ada keberanian di dalam diriku. Akhirnya waktu pulang pun tiba, aku sibuk mengambil sepatuku yang sudah bergerombol diantara lebih dari 200 pasang sepatu yang ada. Begitu juga dengan tasku. Aku keluar berdesakan. Hal janggal terjadi lagi. Adit berdiri diam di tangga bawah. Aku melewatinya dan tersenyum. Dia terlihat salah tingkah dan tiba-tiba terjatuh. Aku ingin tertawa, tapi aku hanya menengok ke belakang dan melewatinya. Takut ditertawakan sendiri oleh teman-teman. Aku turun dan pulang.

-Karin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar