Selasa, 26 Juli 2011

If You Knew.

Gue duduk nunggu temen-temen yang lagi lari keliling lapangan. Seharusnya gue ikutan juga, tapi dari tadi pagi kepala gue terasa sakit terus-menerus. Gak tau deh kenapa. Gue ngeliat satu persatu dari mereka lari keliling lapangan hijau sekolah yang luas memakai seragam olahraga sekolah. Dan gue cuma duduk di pinggir lapangan, seragam putih biru masih dipakai sama gue.


Guru olahraga gue yang botak dan selalu memakai kaos dan celana training meniupkan peluit tanda untuk yang cewek-cewek berhenti berlari. Yang cewek-cewek langsung sebagian duduk dan sebagian berjalan ke kantin untuk beli minum. Sedangkan yang cowok-cowok masih berlari keliling lapangan. Keringat cowok-cowok itu mengucur deras dari atas sampai bawah. Yang tidak orang-orang ketahui adalah gue merhatiin satu cowok yang dari tadi larinya cepat dan serius.


Dari rambutnya yang sekarang acak-acakan, keringat menetes cepat. Mukanya terlihat serius dan fokus untuk menyelesaikan tes lari itu sebagai yang pertama mencapai garis finish. Kakinya dengan cepat dan lincah berlari keliling lapangan. Keringat mengucur dengan deras dari sekujur tubuhnya. Kerah dan punggung bajunya terlihat basah karena keringat. 


Tiba-tiba guru olahraga gue niup peluit lagi dan yang cowok-cowok berhenti berlari. Sayangnya cowok itu gak bisa menyelesaikan tes itu sebagai yang pertama, tapi dia berhasil meraih yang kedua. Ia langsung menyambar botol minum yang dari tadi tidak tersentuh dan duduk di sebelah gue. Dia meneguk air di dalam botol itu dengan cepat. Keringat masih menetes pelan dari muka dan rambutnya.


"Makasih ya, Nad udah mau ngejaga botol minum gue." Kata dia sambil ngos-ngosan dan mencoba senyum ke gue.


"Iya, sama-sama, Lang." Gue nengok ke arah Gilang dan senyum.


"Lo sakit apa sih sebenernya?" tanyanya sambil meneguk air di dalam botol minumnya dan masih mencoba mengatur napasnya.


"Gak tau, gue ngerasa pusing tadi." kata gue. Muka dia terlihat penuh simpati ketika ngeliat muka gue yang entah selesu apa sekarang.


"Sekarang udah baikan belom?" Dia ngedeket ke gue dan nempelin tangannya ke dahi gue yang gak tau sepanas apa sekarang. Tapi yang jelas kepala gue masih serasa mau meledak walaupun gue seneng dapet simpati dari dia.


"Yah lumayan lah." Dia ngelepas tangannya dari dahi gue dan gelengin kepalanya.


"Engga tuh. Itu masih lumayan anget."


"Tapi gak separah tadi sih......."


"Iya. Tapi yang pasti, lo masih anget." Gue ngangguk pelan. "Jajan yok. Ayo gue temenin." Dia berdiri dan ngulurin tangannya ke gue. Gue senyum dan berdiri di bantuin sama dia.


Kita jalan bareng ke kantin dan dia ngejagain gue di sana.


Seandainya aja kalo lo tau. Gue suka sama lo. Entah bakal kayak gimana. Tapi sekarang gue milih untuk diam dan melihat esok nanti.


----------------


HAI. Gue mendadak dapet ide buat bikin ini. Tapi ini one shot doang^^. Peristiwanya udah lebih dari setaun yang lalu dan gak persis kayak gini-_-. OH IYA, JANGAN REQUEST LANJUTAN YAK. Kasih tau aja ini ceritanya bagus atau gak-_-V.


-Karin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar